Pertama kali gue nonton film ini cukup cukup menyentuh hati. Bukan cukup maksudnya tapi emang bener-bener menyentuh banget. sedih banget film nya. Gue tau film ini dari dosen psikologi pendidikan gue. Jadi ceritanya gue dan teman-teman di suguhkan film yg mengesankan ini, dan kita di beri tugas mengenai film tersebut. Judul film nya FRONT OF THE CLASS(2008).
Sekedar review lagi nih. Front of the class adalah sebuah
film yang menjadi sebuah motivasi yang luar biasa, bagaimana ketika seseorang
memiliki kelainan yang disebut dengan “Tourette syndrome” berusaha untuk hidup
normal bersama dengan manusia lainnya, walaupun sering diejek, dan disisihkan
dari pergaulan sehari-harinya. Namun itu
tidak membuat Bradley Cohen merasa minder,
dan putus asa dengan apa yang dialaminya.
Seseorang
dengan kelainan fisik atau psikologisnya cenderung tidak begitu saja diterima
dalam masyarakat apalagi dalam dunia kerja. Namun, hal itu tidak membuat
Bradley Cohen, seorang penderita Tourette
Syndrom menyerah begitu saja untuk menjadi seorang guru. Tourette Syndrom merupakan penyakit
dimana syaraf neurologi otak mengirimkan stimulus untuk mengeluarkan suara dan
gerakan aneh. Semua itu tidak dapat dikendalikan oleh si penderita. Tentu saja
bagi orang awam, penderita Tourette’s
terlihat aneh.
Namun,
dengan keterbatasan itu, Brad justru ingin menjadi seorang guru yang ingin
benar-benar mendidik siswanya. Sebab, ia memiliki pengalaman buruk di bangku
sekolah. Gurunya selalu menganggap Brad sebagai pengganggu dan pembuat keributan.
Sebab, Brad selalu mengeluarkan suara-suara aneh seperti suara anjing yang
membuat konsentrasi teman-temannya pecah saat belajar dalam kelas.
Akan
tetapi, Brad menemukan orang yang benar-benar mendidiknya selain Ibunya sendiri.
Meskipun orang tersebut justru bukan seorang guru yang seharusnya mampu
mendidik siswa-siswanya. Ketika sang guru melaporkan kelakuan aneh Brad kepada
Kepala Sekolah, makna dari educate
(mendidik) benar-benar didapatkan oleh Brad. Kepala Sekolah menyuruh Brad
datang dalam pentas orchestra
sekolah. Meski sempat menolak, akhirnya Brad menyetujui untuk datang.
Saat pertunjukkan berlangsung, suara aneh Brad jelas mengganggu penonton.
Setelah acara usai, Kepala Sekolah menyuruh mereka untuk tetap tinggal di tempat
duduk. Lalu, beliau memanggil Brad untuk maju ke atas panggung. Terjadi dialog
dari hati ke hati. Kepala Sekolah memancing Brad dengan berbagai pertanyaan
seputar penyakitnya. Bukan untuk mempermalukannya di hadapan umum, namun agar
semua orang di sekolah itu tahu dan mau menerima Brad meski ia berperilaku
aneh. Para penonton pun terharu dan bahkan bertepuk tangan bagi Brad.
Saat
ia dewasa, ia berusaha mewujudkan mimpinya untuk menjadi guru. Meski ditolak
hampir di semua sekolah, ia tetap berusaha. Ia selalu teringat kata-kata Ibunya
“Don’t let it win” (jangan biarkan Tourette’s menang). Hingga akhirnya ia
menjadi salah guru di sebuah sekolah. Guru kelas 2 SD. Brad rupanya memiliki
metode dan model pembelajaran yang sangat komunikatif, terutama dalam
menyampaikan pelajaran Geografi bagi siswa-siswanya yang masih duduk di kelas 2
SD. Ia juga terbuka terhadap penyakitnya. Bahkan, semua siswanya boleh
menanyakan apa saja terkait penyakitnya. Ia tidak akan marah. Sehingga, mereka
paham dan mau menerima perbedaan. Sebab, perbedaan bukan untuk ditolak, tapi
untuk diterima dan dihargai. Hal itu membuat ia terpilih sebagai “Teacher of The Year” di wilayah Georgia.
Dalam sambutan penghargaannya, Brad berkata bahwa ia berhutang budi pada guru
yang paling berdedikasi sepanjang hidupnya, yaitu penyakit Tourette yang
dideritanya.
Film
ini menyuguhkan kisah nyata seorang Bradley Brad sebagai penderita Tourette’s. Dalam film ini, pesan yang
ingin disampaikan adalah meskipun anda memiliki “kelainan”, anda masih punya
kelebihan. Anda hanya perlu berusaha lebih keras untuk mendapatkan sesuatu
lebih dari yang orang lain usahakan. Sebab, “kelainan” tersebut sebenarnya
merupakan sumber kekuatan agar anda tak mudah menyerah.
Bagi
para orang tua, Ibu Brad merupakan figure yang patut diteladani. Seorang single
fighter dan seorang yang penyabar. Meski ia memiliki anak yang dianggap cacat,
namun ia tak pernah lelah memotivasi Brad untuk mengejar cita-citanya. Ia
lakukan apa saja bagi anaknya, agar Brad bisa menjadi guru. Ia adalah orang
yang percaya bahwa Brad bisa menjadi seorang guru, di saat banyak orang
meragukannya.
Sedangkan
bagi para calon atau guru, film ini memberikan contoh bagaimana cara kita dalam
mendidik beragam siswa dengan perbedaan yang mereka miliki. Keterbukaan
terhadap perbedaan serta pembiasaan mengenai suatu hal yang dianggap asing oleh
mereka, harus dapat kita sampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Sehingga, para siswa tidak akan memiliki sikap apatis terhadap teman mereka
yang memiliki “perbedaan”. Guru harus mengajarkan toleransi dan sikap
menghargai atas berbagai heterogenitas yang ada di lingkungan siswa.
Film tersebut
memberikan banyak pesan yang dapat mendidik dan juga memberikan motifasi dan
semangat untuk seseorang yg memiliki kekurangan khusus. Mulai dari pelajaran tentang jangan pernah
menyerah terhadap keadaan, bagaimana memanfaatkan dan mengambil hikmah dari
kekurangan yang kita miliki, hingga pelajaran toleransi tehadap sesama manusia
meskipun ia memiliki perbedaan.
Banyak orang-orang yang merasa tidak diterima dan dikucilkan dalam pergaulan karena perbedaan yang sesungguhnya tidak ia ingini. Karena bagaimanapun sebuah penyakit, kekurangan, ataupun kelainan semata-mata bukanlah sesuatu yang diinginkannya. Seperti yang kita ketahui didunia ini tidak ada seseorang yang ingin terlahir sebagai seseorang yang cacat, sakit, ataupun memiliki kelainan. Sudah menjadi tugas kitalah sebagai manusia untuk bisa menerima mereka. Menerima kekurangan mereka dengan segala kelebihan yang kita miliki.
Banyak orang-orang yang merasa tidak diterima dan dikucilkan dalam pergaulan karena perbedaan yang sesungguhnya tidak ia ingini. Karena bagaimanapun sebuah penyakit, kekurangan, ataupun kelainan semata-mata bukanlah sesuatu yang diinginkannya. Seperti yang kita ketahui didunia ini tidak ada seseorang yang ingin terlahir sebagai seseorang yang cacat, sakit, ataupun memiliki kelainan. Sudah menjadi tugas kitalah sebagai manusia untuk bisa menerima mereka. Menerima kekurangan mereka dengan segala kelebihan yang kita miliki.
Jangan jadikan
kekurangan sebagai penghalang kesuksesan. Jadikan kekurangan tersebut menjadi
sebuah motivasi dan semangat bahwa kita mampu menjadi yang terbaik, sama seperti
mereka.
Buat yg belum pernah nonton film nya bisa di liat di sini